TEMPO.CO, Jakarta – Duta Besar Federasi Rusia untuk Indonesia Ludmila Vorobiev mengatakan itu adalah tokoh oposisi Rusia Alexei Navalny dia meninggal karena masalah kesehatan dan bukan sebab yang tidak wajar.
Vorobiev mengatakan hal itu untuk menolak tudingan negara-negara Barat bahwa kematian Navalny pada Jumat lalu adalah akibat keterlibatan pihak lain yang menginginkan kematiannya.
Alasan kematian Navalny adalah pembekuan darah yang tidak mungkin dipicu oleh faktor yang disengaja. “Ini juga tidak dapat diprediksi, bahkan bagi orang yang terlihat sehat,” kata Vorobiev, Rabu Di antara.
Duta Besar Rusia mengatakan bahwa ketika Navalny ditemukan tidak sadarkan diri di penjara di Daerah Otonomi Yamal-Nenets tempat dia dipenjara, tim medis penjara menghabiskan waktu satu jam untuk mencoba memulihkan kesadarannya. Namun, nyawa Navalny tidak bisa diselamatkan.
Vorobieva mengklaim bahwa pengaruh Navalny hanya ada di kalangan sekelompok kecil orang di Rusia, dan sebagian besar orang Rusia tidak menganggap Navalny sebagai tokoh penting dan berpengaruh.
“Dia hanyalah bagian dari sekelompok kecil orang yang tidak setuju dengan pemerintah, dan hal ini merupakan hal yang normal di negara ini,” kata Varobiev.
Kematian Navalny tidak akan menimbulkan gelombang besar di masyarakat Rusia, terutama menjelang pemilihan presiden pada Maret tahun depan, tambahnya.
Varobieva juga mengkritik negara-negara Barat karena menggunakan berita kematian pemimpin oposisi tersebut untuk lebih menekan Rusia dengan mengklaim bahwa Navalny telah dibunuh.
Periklanan
“Beberapa jam setelah Navalny dilaporkan tewas, mereka sangat yakin Putin yang membunuhnya, meski tidak ada bukti investigasi atau bukti medis (kematiannya),” kata duta besar Rusia.
Beberapa negara Barat bereaksi tajam terhadap berita kematian Alexei Navalny, yang menjalani hukuman 19 tahun penjara atas tuduhan ekstremisme dan kejahatan lainnya. Dia juga menjalani hukuman 11,5 tahun penjara karena penipuan.
Pemerintah Inggris, Finlandia, dan Swedia memanggil duta besar Rusia di negaranya masing-masing untuk menuntut penjelasan atas kasus Navalny.
Sementara itu, pemerintah Amerika Serikat mengumumkan pada hari Selasa bahwa mereka akan mengumumkan “paket sanksi besar” terhadap Rusia sebagai tanggapan atas kematian Navalny.
Presiden Joe Biden juga mengatakan kematian Navalny seharusnya semakin mendorong Kongres AS untuk memberikan lebih banyak bantuan ke Ukraina.
Pilihan Editor: Donald Trump menyukai kembalinya Alexei Navalny ke Rusia
DI ANTARA
Quoted From Many Source