TEMPO.CO, Jakarta – Sebuah perusahaan rantai kopi global, Starbucks, kembali menyatakan reaksinya terhadap tuduhan memberikan dukungan finansial kepada Israel yang ditujukan terhadap perusahaan mereka. Starbucks mengatakan pihaknya sama sekali tidak memberikan dukungan finansial atau keuntungan kepada pemerintah atau militer Israel.
Starbucks tercatat sebagai salah satu perusahaan global yang terkena dampak sentimen negatif terhadap Israel. Sentimen ini muncul sejak agresi Israel terhadap Gaza di Palestina yang mengakibatkan banyak korban jiwa di kalangan warga sipil Palestina.
“Posisi kami tetap tidak berubah. Starbucks mewakili kemanusiaan. Kami mengutuk kekerasan, hilangnya nyawa tak berdosa dan semua ekspresi kebencian dan proliferasi senjata,” ujarnya dalam keterangan di situsnya yang dikutip Sabtu, 24 Februari.
Hal tersebut juga diumumkan Starbucks Indonesia di akun Instagram resminya @starbucksindonesia pada Jumat, Februari. 23. Sebelumnya, perusahaan telah mengeluarkan pernyataan resmi di website pada 19 Januari 2024.
Starbucks mengklaim bahwa baik perusahaan maupun mantan ketua, presiden dan CEO Howard Schultz tidak memberikan dukungan finansial dengan cara apa pun kepada pemerintah Israel dan/atau militer Israel.
“ Kami tidak menggunakan keuntungan kami untuk mendanai operasi pemerintah atau militer di mana pun – dan tidak pernah melakukannya,” kata Starbucks di situs webnya.
Starbucks mengungkapkan bahwa informasi yang salah tentang dukungannya terhadap Israel telah mengakibatkan kekerasan dan vandalisme di beberapa jaringan gerainya di seluruh dunia. Namun diakui perusahaan tersebut beroperasi di Israel sebelum ditutup pada tahun 2003 karena kendala operasional.
“Kami tidak mengambil keputusan bisnis berdasarkan isu politik. Kami memutuskan untuk mengakhiri kemitraan kami di Israel pada tahun 2003 karena masalah operasional yang kami alami di pasar tersebut.”
Sebelumnya, CEO Starbucks Laxman Narasimhan menanggapi pihak yang memprotes dan menentang produk perusahaannya yang dianggap pro-Israel. Menurutnya, protes tersebut muncul karena adanya kesalahpahaman mengenai posisi Starbucks dalam konteks Israel dan Hamas. Dia mengatakan, protes tersebut tumbuh karena adanya misrepresentasi atau informasi palsu yang beredar di media sosial.
YOHANES MAHARSO | DEFARA DHANYA | Reuters
Pilihan Editor: Starbucks Indonesia merespons boikot produk afiliasi Israel
klik disini memperoleh berita terkini Tempo di Google News
Quoted From Many Source