Tim Anies-Muhaimin menemukan indikasi sistem server KPU dibuat untuk menjaring calon tertentu

TEMPO.CO, Jakarta – Sebuah tim Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar menemukan petunjuk rekayasa sistem dengan pengaturan– algoritma tertentu pada server milik Komisi Pemilihan Umum atau KPU. pengaturanDiduga, hal itu dilakukan demi mendapatkan pasangan calon presiden dan wakil presiden tertentu. Hal itu diungkapkan Dewan Pakar Timnas Amin Bambang Widjojanto pada Jumat 16 Februari 2024.

Bambang mengatakan temuan itu diketahui berdasarkan analisis forensik server KPU yang dilakukan tim IT Anies-Muhaimin. “Jadi kalau 1 TPS ada revisi, maka TPS yang lain juga ikut berubah. Ini bukan sekedar angka yang dicatat, tapi sistem yang dibuat. pengaturan– miliknya. kata Bambang dalam jumpa pers di Brawijaya X, Jakarta Selatan. Jumat, 16 Februari 2024.

Bambang menjelaskan, sistem tersebut diduga secara otomatis mengubah perolehan suara pasangan calon tertentu menjadi lebih dari 50 persen. “Jadi sesuatu telah terjadipengaturanlogaritma sistem v-pengaturan “Kalau ada pasangan calon, otomatis menang di atas 50 persen,” ujarnya.

Menurut dia, indikasi kuat ke arah itu terkonfirmasi dengan terdeteksinya aksi penipuan yang terjadi di wilayah tertentu. Bambang mengatakan, data tersebut tidak hanya diketahui timnya, tapi juga masyarakat.

Saat ini, kata Bambang, sudah ada tim khusus yang memeriksa seluruh data di server KPU. “Nanti kita bandingkan dengan seluruh data yang dimiliki Kawal Amin. Jadi kalau kita terus bermain, kita buka analisa forensik ini ke Mahkamah Konstitusi. bisa ke sana,” kata Bambang.

Bambang mengatakan, dirinya sudah menyurati KPU dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) untuk melakukan audit data. Namun dia menyebut dua surat dari tim kuasa hukum Anies-Muhaimin tidak pernah dibalas.

Baca Juga  I Can Only Win Setelah tayang pada bulan Oktober, kami menyuguhkan drama emosional tentang luka batin

Periklanan

“Surat kami ke Bawaslu yang meminta audit tidak dilakukan dan analisa kami membenarkan memang ada sistem yang dibuat algoritmanya,” ujarnya.

Dia mencontohkan kesenjangan data yang terjadi di TPS di DKI Jakarta. Pada formulir C1, pasangan calon nomor urut satu Anies-Muhaimin memperoleh 108 suara. Sedangkan nomor urut 2 Prabowo-Gibran memperoleh 74 suara dan Ganjar-Mahfud memperoleh 16 suara. Namun jumlahnya berubah ketika masuk ke sistem KPU. “Angka 1 tetap 108, angka 2 kemudian menjadi 748. Jumlahnya bisa ribuan. Dari 7 TPS bisa lebih dari 6000, ini contohnya,” ujarnya.

Bambang mengatakan itu bukan hanya salah ketik. Sebab, kata dia, IT atau kecerdasan buatan yang ada di sistem KPU seharusnya bisa membaca hasil rekap formulir C1. “Itu jika sistemnya tidak dibangun dengan mempertimbangkan beberapa rekayasa,” katanya.

“Sekarang ada pola lain, karena ditemukan lonjakan 600, 700, 800 per TPS, di sekitar angka itu, sekarang kita duga ada kenaikan 100-100 per TPS. “Dengan tim forensik TI kami, kami dapat membuktikan bahwa rekayasa sistem telah terjadi.”

Pilihan Editor: Demonstrasi di KPU, penolakan massal terhadap pemilu yang curang dan ancaman tindakan yang lebih besar



Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *